Tony Rosyid: Pelemahan Jokowi Sedang Berjalan

    Tony Rosyid: Pelemahan Jokowi Sedang Berjalan

    POLITIK - Apa yang tidak bisa dilakukan oleh seorang penguasa. Semua bisa. Penguasa punya segalanya. Penguasa memiliki otoritas yang amat sangat besar. Penguasa bukan hanya bisa membuat kebijakan dan menerbitkan keputusan, tapi penguasa juga bisa mengubah UU, bahkan mengamandemen UUD 45. 

    Saat ini, kekuasaan ada di tangan Prabowo. Seorang ketua umum Gerindra. Sementara, ketua MPR-nya adalah sekjen Gerinda. Kalau mau amandemen UUD 45 sekalipun, ada jalan yang lapang. 

    Di sisi lain, bagaimana dengan kekuatan Jokowi, eks presiden Indonesia? Banyak yang berasusmai bahwa Jokowi masih sangat kuat. Jokowi dianggap menjadi bayang-bayang Prabowo. Sampai di medsos beredar meme: "Pilih Prabowo Ternyata Yang Muncul Joko Widodo". Meme ini muncul pasca Prabowo meneriakkan "Hidup Jokowi....."  Ada yang bilang, ini bagian dari kecerdikan Prabowo. Seolah itu memuji, tapi anda akan tahu apa cerita selanjutnya.

    Benarkah Jokowi menghantui Prabowo? 

    Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa saat ini penguasanya adalah Prabowo. Bukan Jokowi. Prabowo adalah ketua umum Gerindra, partai terkuat kedua setelah PDIP. Prabowo semakin besar kekuatannya ketika partai-partai koalisi ikut mendukungnya. 

    Selain menjadu ketum partai, Prabowo juga Jenderal TNI. Di TNI, Prabowo sangat mengakar, bahkan menjadi icon kekuatan TNI, khususnya pasukan elit. Kopassus. Dengan background ini, apa masih ada yang meragukan kekuatan Prabowo dengan mengatakan bahwa mantan Danjen Kopassus ini berada dalam bayang-bayang Jokowi?

    Seorang penguasa, termasuk Prabowo, tidak ingin ada matahari kembar. Matahari yang berpotensi menjadi pesaingnya. Semua pesaing, pasti akan ditenggelamkan. Termasuk Jokowi? Pasti.

    Kekuatan Jokowi di lingkungan usaha mulai dipreteli. PIK-2 yang dijadikan PSN oleh Jokowi, dihajar Prabowo. Para pengusaha pun "terpaksa" merapat ke istana. Setelah merapat, otomotis mereka akan mengubah arah kiblatnya. Semula berkiblat ke Solo, sekarang beralih ke Hambalang. Ini sudah seperti hukum alam. Pengusaha akan selalu berkiblat ke penguasa. Siapapun penguasanya. Ketika penguasa berganti, berganti pula kiblat mereka. Adaptasi seperti ini "hukumnya wajib" karena untuk menyelamatkan bisnis mereka.

    Bukan hanya PIK-2. Pertamina juga disikat. Semua geng Pertamina yang dulunya menghadap ke Solo, sekarang berubah arah. Diawali dengan dirut yang diganti. Para direksi dan pihak swasta yang selama ini menjadi pengendali bisnis pertamina, sudah jadi tersangka. Jumlahnya 9 orang. Cukup ! Kalau jumlah tersangka bertambah, bolanya akan liar. Sasarannya bisa kemana-mana. Kelas kakap semua. Big bos bisnis dan big bos politik.   

    Pengendali bisnis pertamina segera diganti oleh orang-orang yang berada di lingkaran kekuasaan. Para pengusaha bilang: sedang terjadi "pergantian ketua kelas". Maksudnya, ganti pemain bisnisnya.

    Bagaimana para pimpinan lembaga dan institusi negara, juga para menteri yang selama ini dikenal sebagai orang-orangnya Jokowi? Ini hanya soal waktu. Tiba waktunya resuffle kabinet, semua akan diganti. Tentu secara bertahap. Sebelum mereka diganti, kewenangannya dipreteli dulu. Menteri BUMN misalnya, otoritasnya sudah berkurang jauh. Coba anda cek.

    Semua orang tahu kalau Erick Tohir itu orangnya Jokowi. Di belakang Erick Tohir, ada Boy Tohir. Dua bersaudara ini punya perusahaan holding yang sangat besar dan usahanya merambah proyek-proyek besar yang berkaitan dengan kebijakan negara. Apakah mereka terlibat di kasus pertamina? Entahlah.

    Tidak hanya Erick dan Boy Tohir. Publik sekarang juga membicarakan Bahlil yang cium tangan Gibran. Tapi tidak ke Prabowo. Padahal, Prabowo presiden dan usianya jauh lebih tua. Saat itu, Prabowo dan Gibran sedang bersama. Kata orang Jawa: "Ora Sopan Banget". Tapi, saya tidak sedang membicarakan soal etika. Saya hanya ingin capture peristiwa ini dari sisi politik. Bahwa apa yang dilakukan oleh Bahlil menunjukkan sikap politiknya. Dan Prabowo tahu itu. Prabowo juga tahu siapa saja pejabat yang loyal kepada dirinya, dan siapa saja yang masih berpikir Jokowi persidennya. 

    Sekali lagi, resuffle kabinet hanya menunggu waktu. 

    Semua profil pejabat ter-capture oleh lembaga inteligen. Termasuk afiliasi dan sikap politik mereka. Laporannya ada di meja Prabowo. 

    Semua lembaga inteligen, mulai Bais, BIN, Sandi Negara, diisi oleh orang-orang militer yang solid dan loyal kepada Prabowo. Semua pejabat ada profile politiknya di kantong mereka. Tinggal bagaimana Prabowo mengatur ceritanya. Ibarat dalang, kapan wayang ini dinaikkan, kapan waktunya akan diturunkan.

    Jika di instutusi hukum, di kabinet dan di dunia usaha, orang-orang Jokowi dihabisi, maka dengan sendirinya kekuatan Jokowi akan melemah, bahkan runtuh. Apalagi, Jokowi tidak punya partai, kecuali PSI yang masih imut. 

    Sementara, Jokowi bukan militer. Jokowi juga bukan ketua partai. Jokowi bukan tokoh dengan kekuatan massa besar dan militan. Jokowi bukan ilmuan brilian yang orasinya mampu menggerakkan gelombang massa. Walaupun jokowi punya uang. Tapi, kekuatan uang saja tidak cukup.

    Gambaran ini bisa memberi informasi kepada anda tentang nasib Gibran kedepan. Terutama Gibran di tahun 2029. Begitu juga nasib Kaesang dan Bobi Nasution. Mereka produk kekuasaan, dan saat ini bukan Jokowi penguasanya 

    Ketika kekuatan Jokowi melemah, kemudian anda menuntut Jokowi untuk diadili, itu soal lain. Demi tegaknya hukum dan kebebasan berpendapat, itu sah-sah saja. Tapi jangan terlalu berharap. Indonesia itu lain dari yang lain. Lain dari Korsel, lain juga dari Philipina. Belum pernah ada eks presiden Indonesia yang dipenjara. Sekali lagi, dipenjara, bukan tahanan rumah. Apapun dosanya, dan sebesar apapun kesalahan eks . Kecuali jika ada extra ordinary incident, dan rakyat punya kekuatan besar untuk menuntutnya.

    Jakarta, 12 Maret 2025

    Tony Rosyid*
    Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

    tony rosyid jokowi prabowo
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Fungsi dan Wewenang DPR RI

    Artikel Berikutnya

    Rahasia Kesegaran Alami: Manfaat Air Kelapa...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hendri Kampai: Jangan Mengaku Jurnalis Jika Tata Bahasa Anda Masih Berantakan
    Sah, Karso Terpilih sebagai Ketua Pengurus Pusat Ikatan Alumni Uluwiyah (Ilmiah) Mojokerto
    Menembus Kabut, Menuju Negeri Diatas Awan Bali Timur
    Segenap Civitas Academica Fakultas Hukum Universitas Udayana Mengucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan
    Betonisasi di Jalan Bojong Teluknaga, Ketua DPC LSM Geram Banten: Kemana Pengawasan PPTK

    Ikuti Kami